1. PENGERTIAN INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT
1.1 Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak
terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan
berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan,
demikian pendapat Dr. A. Lysen.
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup
berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya
selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa,
rasio, dan rukun.
1.2 Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu
dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa.
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial
sebagai hasil faktor-faktor politik , ekonomi dan keluarga.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat
bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh
satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang
hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh
gabungan itub untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
1.3 Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial,
atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society ,
sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang
berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling
bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma,
adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
FUNGSI KELUARGA DALAM MASYARAKAT
1.Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2.Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3.Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4.Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
5.Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain
setelah dunia.
6.Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7.Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita
tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8.Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9.Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
PENGERTIAN URBANISASI
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi
adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk
yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai
permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan
penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang
harus segera dicarikan jalan keluarnya. Berbeda dengan perspektif ilmu
kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2
macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk
adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk
tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti
perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak
menetap. Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota
dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam
bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak
kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,
memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam
bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah
beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan
seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.
CONTOH URBANISASI YANG BERHASIL
Kota Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini dihuni
oleh orang-orang dari berbagai latar belakang daerah, suku bangsa,
budaya dan bahasa. Banyak masyarakat pedesaan pergi ke kota ini untuk
mencari penghasilan yang lebih baik, hal ini disebut sebagai urbanisasi.
Namun pada kenyataannya orang-orang yang berurbanisasi tidak semuanya
berhasil dalam pekerjaannya. Banyak diantara mereka yang hanya menjadi
pegawai rendahan atau menjadi buruh kecil. Hal inilah yang bukannya
menjadi sumber pendapatan daerah, akan tetapi menjadi beban anggaran
daerah, karena harus membangun infrastruktur dan sarana pelayanan sosial
untuk masyarakat. Kencangnya arus urbanisasi ini juga menyebabkan makin
meningkatnya jumlah penduduk di Kota Semarang. Dilihat dari data
artikeldi atas, pertumbuhan penduduk kota Semarang mencapai 2000 jiwa
per tahun. Jumlah yang sekian itu sungguh sangat fantastis bagi
pertumbuhan penduduk sebuah kota. Untuk menghindari peledakan penduduk
yang parah seperti kota Jakarta, pemerintah kota Semarang melakukan
kebijakan mengurangi arus migrasi yang dilakukan secara silmultan baik
antara kebijakan pembangunan di tingkat nasional dan regional, maupun
antara pedesaan dan perkotaan. Mobilitas sosial merupakan gerakan atau
perpindahan status sosial seseorang. Menilik contoh kasus di atas
mobilitas sosialnya ada yang vertikal dan juga ada yang horizontal.
Artinya bagi para urbanisasiawan yang sukses dan mendapatkan gaji dan
jabatan yang tinggi di kota, maka ia dapat dikatakan mobilitasnya
sosial. Sedangakan bagi mereka yang mendapatkan gaji rendah dan
pekerjaan biasa di kota, maka ia dikatakan mobilitasnya horizontal.
Dampak dari mobilitas sosial ini pada struktur sosialnya adalah cukup
signifikan. Mobilitas sosial pasti akan mengangkat status sosial di
dalam pelapisan sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial.
Misalnya seorang petani penggarap sawah di desa, ia pergi merantau ke
kota untuk mencari pekerjaan yang gajinya lebih tinggi. Setelah beberapa
waktu ia mencari pekerjaan, akhirnya ia diterima bekerja di sebuah
pabrik yang lumayan besar, dan baiknya ia ditempatkan di posisi yang
gajinya cukup layak. Nah dari contoh tersebut, dapat didimpulkan bahwa
orang itu status sosialnya naik, sebab ia yang dulunya petani penggarap
sawah, kemudian ia menjadi pegawai pabrik yang gajihnya mumpuni.
CONTOH URBANISASI YANG GAGAL
Urbanisasi di Balikpapan terus berkembang seiring dengan tingginya
jumlah pendatang ke Balikpapan. Balikpapan menjadi tujuan warga dari
berbagai daerah di seluruh pelosok nusantara dan bahkan dari berbagai
bangsa di seluruh dunia untuk mengadu nasib dan mencari pekerjaan.
Balikpapan pula diposisikan sebagai kota terbuka, pintu gerbang Kaltim,
kota transit dan lain sebagainya.Urbanisasi tersebut ditanggapi
pemerintah Balikpapan dengan peraturan kependudukan yang ketat dan
operasi kependudukan yang dilaksanakan oleh jajaran kecamatan, jajaran
kelurahan, Satuan Polisi Pamong Praja Balikpapan, berkoordinasi dengan
Polri, TNI, Trantib dan aparat lainnya (lihat di bawah). Urbanisasi
mendatangkan berbagai dampak terhadap penduduk maupun kelestarian
lingkungan hidup.
Urbanisasi telah berimbas pada kemiskinan di Balikpapan, juga dampak
lain seperti kemacetan lalu lintas, keterbatasan lahan, kriminalitas dan
lain sebagainya. Pemerintah Balikpapan menanggulangi problematika
tersebut dengan adanya Operasi Kependudukan. Aturan kependudukan yang
ketat, menjadikan Satpol PP sebagai garda terdepan, menjaring pendatang
secara rutin dengan menyisir pemukiman penduduk dari pintu ke pintu,
serta dengan menjalankan patroli, dengan target utama indekos dan rumah
sewa.
Karakteristik urbanisasi di Balikpapan yakni merupakan migrasi jenis
desa-kota dan kota-kota dari pelbagai wilayah. Urbanisasi tersebut
didominasi oleh tiga etnis, yaitu Jawa, Bugis/Makassar dan Buton; yang
dipengaruhi oleh pandangan yang menganggap bahwa Kaltim memiliki
kandungan sumber daya alam yang melimpah ruah, Balikpapan menjadi kota
utama pusat pertumbuhannya, dan dicap sebagai kota yang kaya raya.
Stigma seperti itu diharapkan akan bisa berkorelasi linier dengan pola
penghidupan ketika tinggal di Balikpapan, sehingga Balikpapan menjadi
kota sasaran pendatang. Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan
permasalahan kependudukan yang pada akhirnya semakin mendongkrak laju
kemiskinan di Balikpapan. Urbanisasi di Indonesia terlalu banyak yang
salah sasaran, yang seharusnya pemerataan penduduk, malah menjadi
pemusatan penduduk di beberapa tempat. Tujuan Urbanisasi itu sendiri pun
yang seharusnya menimbulkan banyak dampak positif malah sebaliknya di
rasakan oleh masyarakat, dari masalah pekerjaan, kemacetan, kemiskinan
juga masih banyak lagi permasalahan lainnya, Indonesia boleh siap untuk
Urbanisasi asalkan peraturan dari pemerintah itu sendiri sudah ditata
dengan baik, dan harus ada pengawasan dari pihak-pihak terkait.
2. PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR
Ilmu sosial dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang bagimana
kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat.biasanya didalamnya terjadi
konflik-konflik yang diakibatkan oleh faktor intern ataupun
ekstern.dalam pembahasan kali ini permasalahan yang ingin dibahas adalah
tentang konflik anatar umat beragama yang terjadi di kota
poso.permasalahan tersebut pasti timbul karena ada sebab- sebab
tertentu.
• Fungsi Agama dalam Kehidupan Masyarakat
Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap
manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu,
secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia
dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Namun, kalau dilihat dari
secara kelompok atau masyarakat, bagaimana kita memahami agama tersebut
dalam kehidupan masyarakat?.
Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita
memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum)
berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar
pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang
baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan
dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi
kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama
Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme
(ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi
berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak?
Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama)
harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti
terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang
menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak
cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai
pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan
tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka
dan jujur serta setara.
Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang
bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan
diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus
bertaubat dan mengubah cara hidup.
Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka
terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan,
keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong
untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem
kehidupan yang ada.
Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius
dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar
"Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini
seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai
dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan
untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya
bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan
segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga
bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk
Alloh, itu adalah ibadah.
*Tulisan di atas disarikan dari buku Psikologi Agama, karya Prof. Dr. H.
Jalaluddin, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 dan disarikan
dari tulisan Ahmad Fuad Fanani dalam harian Kompas, 06 Maret 2004.
• Penyebab/akar dari konflik sosial yang terjadi di poso
Wapres menjelaskan bahwa kasus Poso terjadi bukan karena masalah agama
namun adanya rasa ketidak adilan. awal mula terjadinya konflik karena
adanya demokrasi yang secara tiba-tiba terbuka dan membuat siapapun
pemenangnya akan ambil semua kekuasaan. Padahal, pada masa sebelumnya
melalui muspida setempat selalu diusahakan adanya keseimbangan.
contohnya, jika Bupatinya berasal dari kalangan Kristen maka Wakilnya
akan dicarikan dari Islam. Begitu pula sebaliknya. Dengan demikian
terjadi harmonisasi, namun dengan demokrasi tiba-tiba the winner take
all," kata Wapres. Karena pemenang mengambil alih semua kekuasaan,
tambah Wapres maka pihak yang kalah merasa telah terjadi ketidak adilan.
Keluar dari pendapat Wapres, konflik sosial yang terjadi di poso adalah
bagian dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis
tidak dapat dipisahkan dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai
akar dari masalah yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini
menyangkut soal suku dan agama.
Argumen yang mengemuka bahwa adanya unsur suku dan agama yang mendasari
konflik sosial itu adalah sesuai dengan fakta yaitu bahwa asal mula
kerusuhan poso 1 berawal dari :
a) Pembacokan Ahmad yahya oleh Roy tuntuh bisalembah didalam masjid pesantren Darusalam pada bulan ramadhan.
b) Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku – suku pendatang seperti
bugis, jawa, dan gorontalo, serta kaili pada kerusuhan ke III.
c) Pemaksaan agama kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman
kabupaten terutama di daerah tentena dusun III salena, sangira, toinase,
Boe, dan meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan
gerakan kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan
Sinode GKSD tentena.
d) Peneyerangan kelompok merah dengan bersandikan simbol – simbol perjuangan ke agamaan kristiani pada kerusuhan ke III.
e) Pembakaran rumah – rumah penduduk muslim oleh kelompok merah pada
kerusuhan III. Pada kerusuhan ke I dan II terjadi aksi saling bakar
ruamh penduduk antara pihak kristen dan islam.
f) Terjadi pembakaran rumah ibdah gereja dan masjid, sarana pendidikan
ke dua belah pihak, pembakaran rumah penduduk asli poso di lombogia,
sayo, kasintuvu.
g) Adanya pengerah anggota pasukan merah yang berasal dari suku flores, toraja dan manado.
h) Adanya pelatihan militer kristen di desa kelei yang berlangsung 1 tahun 6 bulan sebelum meledak kerusuhan III.
Terlepas dari setuju tidak terhadap pendapat mengenai akar amsalah dari
konflik poso, secara sibernetik hal ini dapat di jelaskan sebagai
berikut : bahwa pada intinya budaya pada masyarakat poso mempunyai
fungsi untuk mempertahan kan pola atas nilai – nilai sintuvu maroso yang
selama ini menjadi panutan masyrakat poso itu sendiri. adanya
Pembacokan Ahmad yahya oleh Roy tuntuh bisalembah didalam masjid
pesantren Darusalam pada bulan ramadhan merupakan bentuk pelanggaran
terhadap nilai nilai yang selama ini manjadi landasan hidup bersama.
Pada satu sisi muslim terusik ketentramannya dalam menjalankan ibadah di
bulan ramadhan kemudian menimbulkan reaksi balik untuk melakukan
tindakan pembalasan terhadap pelaku pelanggaran nilai – nilai tersebut.
Disisi lain bagi masyarakat kristiani hal ini menimbulakn masalah baru
mengingat aksi masa tidak di tujukan terhadap pelaju melainkan pada
pengrusakan hotel dan satrana maksiat serta operasi miras, yang di
anggap telah menggangu kehidmatan masyrakat kristiani merayakan natal,
karena harapan mereka operasi – opresi tersebut di laksanakan setelah
hari natal.
Pandangan kedua tehadap akar masalah konflik sosial yang terjadi di poso
adalah dalam hal ini adanya perkelahian antar pemuda yang di akibatkan
oleh minuman keras. Tidak di terapkan hukum secara adil maka ada
kelompok yang merasa tidak mendapat keadilan misalnya adanya
keterpihakan, menginjak hak asasi manusia dan lain- lain. Pendapat
ketiga mengatakan bahwa akar dari konflik sosial yang terjadi di poso
terletak pada masalah politik. Bermula dari suksesi bupati, jabatan
sekretaris wilayah daerah kabupaten dan terutama menyangkut soal
keseimbangan jabatan – jabatan dalam pemerintahan.
Pendapat keempat mengatakan bahwa akar masalah dari kerusuhan poso
adalah justru terletak karena adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan
pendapatan antara panduduk asli poso dan kaum pendatang seperti bugis,
jawa, gorontalo, dan kaili. Kecemburuan sosial penduduk asli cukup
beralasan dimana pendapatan mereka sebagai masyarakat asli malah
tertinggal dari kaum pendatang.
• Dampak dari konflik sosial yang terjadi di poso
kerusuhan yang terjadi di poso menimbulkan dampak sosial yang cukup
besar jika di liat dari kerugian yang di akibatkan konflik tersebut.
Selain kehilangan nyawa dan harta benda, secara psikologis bendampak
besar bagi mereka yang mengalami kerusuhan itu, Dampak psikologis tidak
akan hilang dalam waktu singkat. Jika dilihat dari keseluruhan,
kerusuhan poso bukan suatu kerusuhan biasa, melainkan merupakan suatu
tragedi kemanusiaan sebagai buah hasil perang sipil. Satu kerusuhan yang
dilancarkan secara sepihak oleh kelompok merah, terhadap penduduk
muslim kota poso dan minoritas penduduk muslim di pedalaman kabupaten
poso yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan yang muncul di
kota poso.
Dampak kerusuhan poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :
a. Budaya dampak sosial yang terjadi adalah : di anut kembali budaya
“pengayau” dari masyarakat pedalaman (suku pamona dan suku mori).
Dilanggarnya ajaran agama dari kedua kelompok yang bertikai dalam
mencapai tujuan politiknya. Runtuhnya nilai – nilai kesepakatan bersama
sintuwu maroso yang menjadi bingkai dalam hubungan sosial masyarakat
poso yang pluralis.
b. Hukum dampak sosial yang terjadi adalah : Terjadinya disintegrasi
dalam masyarakat poso ke dalam dua kelompok yaitu kelompok merah dan
kelompok putih. Tidak dapat di pertahankan nilai- nilai kemanusiaan
akibat terjdi kejahatan terhadap manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan
dan penganiayaan terhadap anak serta orang tua dan pelecehan seksual.
Runtuhnya stabilitas keamanan, ketertiban, dan kewibawaan hulum di
masyarakat kabupaten poso. Muculnya perasaan dendam dari korban – korban
kerusuhan terhadap pelaku.
c. Politik dampak sosial yang terjadi adalah : Terhentinya roda
pemerintahan.Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah terhadap masyarakat.
Hilanggnya sikap demokratis dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat
masing-masing kelompok kepentingan. Legalisasi pemaksaan kehendak
kelompok kepentingan dalam pencapaian tujuannya.
d. Ekonomi dampak sosial yang terjadi adalah : Lepas dan hilangnya
faktor dan sumber produksi ekonomi masyarakat, seperti sawah, tanaman
kebun, mesin gilingan padi, traktor tangan, rumah makan, hotel dan lain
sebagainya. Eksodus besar – besaran penduduk muslim poso. Terhentinya
roda perekonomian. Rawan pangan.Munculnya pengangguran dan
kelangkaankesempatan kerja.
• Solusi dari konflik di poso
Mungkin saja salah satunya yaitu kalangan pengusaha hingga tingkat
mahasiswa harus ikut berperan menangani konflik yang terjadi di Poso
dengan melakukan tindakan nyata agar masyarakat setempat tidak hanya
terfokus pada masalah politik. “Jangan hanya bergantung pada aparat
keamanan. Tetapi pengusaha, ekonom, budayawan, anggota masyarakat,
mahasiswa harus bersatu membangun secara paralel. Seluruh kalangan itu
harus bekerja sama agar kerusuhan di Poso segera berakhir, termasuk
antara ulama dengan umaro juga harus bersatu. “Mereka harus bersanding,
bukannya bertanding,”.
Tindakan represif yang dilakukan oleh aparat tidak menyalahi aturan,
meskipun upaya penegakan hukum telah menimbulkan korban jiwa dari warga
sipil serta anggota Polri , karena memang kejadian itu sulit dihindari.
kerusuhan yang menimpa di Poso merupakan rekayasa dan berasal dari luar
Poso yakni dari pihak asing. Ia mengingatkan, kelompok sipil bersenjata
yang berada di tengah-tengah masyarakat Poso perlu mendapat perlakukan
khusus, karena dalam keadaan seperti ini, masyarakat akan menjadi tameng
bagi mereka.
Jika diamati secara jujur, apa yang sedang dialami di Poso tidak saja
aneh tapi juga tak masuk di akal sehat. Sebab, semua orang tahu bahwa
soal penggunaan senjata bagi warga sipil bukankah aturannya cukup ketat.
Artinya tidak sembarang orang bisa membawa atau memiliki senjata
apalagi yang mematikan. Anehnya, kenapa justru warga sipil khususnya di
Poso begitu bebas memiliki senjata
untuk memecahkan sebuah permasalahan seperti yang sedang terjadi di Poso
sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara
serius dan tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong-potong
yang menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan
terlebih dahulu. Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan
intimidasi diantara masyarakat harus diutamakan. Terutama, perlunya
kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang atau sekelompok orang yang
berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian upaya penegakkan
hukum harus benar-benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat Poso akan
kembali dapat hidup dengan tenang dan damai.
3. PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT
PENGERTIAN PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat). Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim
A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada
lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan
tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah
tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan
manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.
TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
- Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat
itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu
sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari
pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan
masyarakat dimana sistem itu berlaku.
- Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan
bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya
kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang
tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang
sederajat.
2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).
study kasus :
pelapisan sosial pada kaum ningrat dengan kaum awam. Kaum ningrat tidak
di perbolehkan berhubungan dengan kaum awam dikarenakan perbedaan
sosial.
PERBEDAAN SISTEM PELAPISAN DALAM MASYARAKAT
Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang
terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu
masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok social.
Masyarakat dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam kenyataan bahwa:
a) Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya
b) Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut Pitirin
A. Sorikin bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat”.
Theodorson dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang
status dan peranan yang relative permanen yang terdapat dalam system
social didalam hal perbedaan hak,pengaruh dan kekuasaan”. Masyarakat
yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau
piramida, dimana lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini
menyempit keatas.
B. Peelapisan sosial ciri tetap kelompok sosial Pembagian dan pemberian
kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar
dari seluruh system sosial masyarakat kuno. Didalam organisasi
masyarakat primitifpun dimana belum mengenai tulisan. Pelapisan
masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai
berikut:
a. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
b. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
c. Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
d. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum
e. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri
f. Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum
Pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang
komunistis yang tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak
benar. Ekonomi primitive bukanlah ekonomi dari individu-individu yang
terisolir produktif kolektif.
TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
BEBERAPA TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
• Kelas atas (upper class)
• Kelas bawah (lower class)
• Kelas menengah (middle class)
• Kelas menengah ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga
unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan
mereka yang berada di tengah-tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan
bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai
olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa
berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite.
Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang
memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam
seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada
masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul
ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua
(jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat
yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas
yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di
dalam proses produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan social, yaitu :
a. ukuran kekayaan
b. ukuran kekuasaan
c. ukuran kehormatan
d. ukuran ilmu pengetahuan
KESAMAAN DERAJAT DAN PERSAMAAN HAK
Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan
derajat antar rakyaknya, hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945
dalam pasal ..
1. Pasal 27
• ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki
warga negara yaitu menjunjung tinggi hukum dan pemenrintahan
• ayat 2, berisi mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. Pasal 28, ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan tulisan.
3. Pasal 29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara
4. Pasal 31 ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran.
ELITE DAN MASSA
Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam
kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak diikut
sertakan. Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang
dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus
lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu
dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara
pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam
masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu
posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran,
politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe
masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam
masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di
dalam masyarakat primitive. Di dalam suatu pelapisan masyarakat tentu
ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci atau mereka yang
memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kehijaksanaan.
Mereka itu mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya,
pedagang kaya, pensiunan an lainnya lagi. Para pemuka pendapat (opinion
leader) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status
tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakatnya.
Ada dua kecenderungan untuk menetukan elite didalam masyarakat yaitu :
perama menitik beratakan pada fungsi sosial dan yang kedua,
pertimbangan-pertimbangan yang bersifat mral. Kedua kecenderungan ini
melahirkan dua macam elite yaitu elite internal dan elite eksternal,
elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang
berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun
dan keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah meliputi pencapaian
tujuan dan adaptasi berhubungan dengan problem-problema yang
memperlihatkan sifat yang keras masyarakat lain atau mas depan yang tak
tentu.Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan
kolektif lain yang elementer dan spotnan, yang dalam beberapa hal
menyerupai crowd,t etapi yang secara fundamental berbeda dengannyadalam
hal-hal yang lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang berperanserta
dalam perilaku missal seperti mereka yang terbangkitkan minatnya oeleh
beberap peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat,
mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebgai dibertakan
dalam pers atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti
luas. Cirri-ciri massa adalah :
1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata
sosial, meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda,
dari jabatan kecakapan, tignkat kemakmuran atau kebudayaan yang
berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai masa misalnya
orang-orang yang sedang mengikuti peradilan tentang pembunuhan misalnya
malalui pers
2. Massa merupakan kelompok yagn anonym, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonym
3. Sedikit interaksi atau bertukar pengalaman antar anggota-anggotanya
CONTOH PELAPISAN SOSIAL
1. Pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, atau social
politik lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengan di desa.
2. Pada masyarakat desa kesenjangan (gap) antara klas eksterm dalam piramida social tidak terlalu besar.
3. Pada masyarakat kota antara klas eksterm yang kaya dan miskin cukup
besar. Di daerah pedesaan tingkatannya hanya kaya dan miskin saja.
4. Pada umumnya masyarakt pedesaan cenderung berada pada klas menengah
menurut ukuran desa, sebab orang kaya dan orang miskin sering bergeser
ke kota. Kepindahan orang miskin ini disebabkan tidak mempunyai tanah,
mencari pekerjaan ke kota atau ikut transmigrasi. Apa yang dibutuhkan
dan diinginkan dari golongan miskin ini sering desa tidak mampu
mengatasinya.
CONTOH KESAMAAN DERAJAT
Dalam lingkungan Berbangsa dan Bernegara :
1. Dibentuknya lembaga peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.
2. Adanya kebebasan dan pengakuan dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3. Pemerintah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada warga negaranya.
Dalam lingkungan Masyarakat :
1. Aktif dalam musyawarah, kerja bakti dalam masyarakat.
2. Aktif dalam kegiatan social di masyarakat.
Dalam lingkungan Sekolah :
1. Sekolah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada murid.
2. Jika ada murid terkena musibah, maka guru dan teman-temanya membantu.
Dalam lingkungan Keluarga :
1. Orangtua bersikap demokratis.
2. Orangtua memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada anak-anaknya.
3. Apabila salah satu anggota keluarga membutuhkan bantuan, maka seluruh keluarga berusaha membantu.
dan itu adalah sebagian dari contoh-contoh Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat .
4. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada
bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
• Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
• Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
• Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
• Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera
manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk : “ jika …. maka “.
• Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan
hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman
praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda
antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik.
Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan
berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena
kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.
Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau
rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi
sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika
deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan
fakta. Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi
yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat,
sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang
masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang
belum tersusun dengan baik. “ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam
pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “
pengetahuan “, yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri.
Dikalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu
tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal
tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis,
empiris, umum dan akumulatif. Pengertian pengetahuan sebagai istilah
filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori
(epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan
merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi.
Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan
aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan.
Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan,
sehingga jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau
dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari suatu
pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu
pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan. Pembentukan ilmu akan
berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi
objek material sebagai bahan yang menadi tujuan penelitian bulat dan
utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada
persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh
ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai
dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang
mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis,
sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian
kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari
berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh
seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan
hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
1) Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat
pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga
di dalam melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu
membedakan antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan
akurat serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2) Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada
dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya,
berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa
menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi.
Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang
diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta
yang jelas sumbernya.
3) Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha
memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan informasi
di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4) Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap
lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya
membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.
TEKNOLOGI
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan
cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan
dan skala nilai yang ada. Teknologi bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang
mungkin dihadapi. Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan
manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup,
teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan
secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah
kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin
bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi
yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis
dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body ofknowledge), dan teknologi
sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung pengetian
berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai
sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan untuk
merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan
dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi
sosial, terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of
development) sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk
mencapai tujuan insani (Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam masyarakat sebagai hal
impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia
menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul “the
technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik,
meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak
hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya,
melainkan totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai
efisiensi (untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang
aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha,
metode dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan
diperhingkan sebelumnya.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35)
teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa
dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya
yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi,
lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan
konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan
pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah
manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
FENOMENA TEKNIK
Fenomena teknik pada masyarakat masa kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan
dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang degnan pesat meliputi berbagai bidang
kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan
barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital
sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh
sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia
teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari
pengaruh teknik.
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan
lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh
tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan2.
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar3. Kebutuhan objectif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawiPersepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat
istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan
dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan
sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan
bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.
Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan
oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan
kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat
pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal
usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Ciri Kemiskinan
Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
• Mereka umumnya tidak mempunyai factor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.
• Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi
dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah
garapan atau modal usaha.
• Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD atau SLTP.
Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu
untuk belajar.
• Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan
• Kebanyakan dari mereka yang hidup di kota, masih berusia muda dan
tidak mempunyai keterampilan yang mumpuni dan pendidikan yang layak
untuk bersaing di kota. Sehingga banyak dari mereka bekerja sebagai
buruh kasar, pedagang musiman, tukang becak, pembantu rumah tangga.
Beberapa dari mereka bahkan jadi pengangguran atau gelandangan.
FUNGSI KEMISKINAN
Jika kita menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis), maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi :
1. Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu,
menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan
barang bekas.
2. Fungsi sosial : menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan
perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran
kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan
sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara
sesama manusia.
4. Fungsi politik : sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing bagi kelompok lain.
Sumber :
(http://lerezza.blogspot.com/2014/10/tugas-ilmu-sosial-dasar_17.html)
(SUMBER : http://citapatsiana.blogspot.com/2012/10/definisi-individu-keluarga-dan.html)
(SUMBER : http://senda-ronyrama.blogspot.com/2011/12/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat.html)
(SUMBER : http://hyudaira.blogspot.com/2012/12/urbanisasi-berlebih-kota-semarang.html)
(SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi_di_Balikpapan)
(http://ardhimartian.blogspot.com/2012/01/tugas-8-ilmu-sosial-dasar.html)
(http://anakbangsakreative.blogspot.com/2012/12/makalah-ilmu-pengetahuan-sosial_2621.html)
http://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/23/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat/
https://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
thank's gan atas semua komennya????